Sabtu, 15 Oktober 2016

Contoh Riwayat Hidup Yang Baik dan Benar Untuk Skripsi

RIWAYAT HIDUP
            Skripsi ini ditulis oleh seorang Putra Melayu dari Desa Balam Merah, Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan bapak Hamzah dan ibu Samsiar. Kakak pertama bernama Yanti Ernawati dan kakak kedua bernama Linda Ernawati.
            Penulis lahir pada bulan Oktober tahun 1993. Mengawali pendidikan di bangku Sekolah Dasar Negeri 008 Minas Timur, lulus tahun 2006. Kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri Sorek Dua, lulus tahun 2009. Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pangkalan Kuras, lulus tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
            Selama di perguruan tinggi, penulis pernah tergabung dalam beberapa organisasi kemahasiswaan. Dimulai dari tahun 2012-2013 sebagai Anggota Divisi Kerohanian Himpunan Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tahun 2013-2014 tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP Universitas Riau sebagai staf Dinas Pendidikan. Tahun 2014 penulis terpilih sebagai Bupati Himpunan Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, menjabat sampai tahun 2015. Kemudian Tahun 2015 Penulis mendampingi Presiden Mahasiswa Universitas Riau sebagai Dirjen Protokoler Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau.
            Penulis menjalani Program Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) Kebangsaan di Kelurahan Teluk Meranti Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan pada tahun 2015. Kemudian dilanjutkan dengan Program Pengalaman Lapangan di Sekolah Dasar Negeri 032 Kualu.

            Pada tanggal 29 September 2016, penulis dinyatakan LULUS melalui sidang tertutup Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan berhak menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dengan predikat kelulusan “Dengan Pujian”.

Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga

Karena sekali kejahatan, rusaklah semua kebaikan...
Assalamu’alaikum iman.
Apa kabar? masih tetap berdiri di tempat itu kah? Atau sudah berpindah? atau sebentar bertahan sebentar berpindah?
Yaah. . . kita tak pernah tau apakah iman itu akan tetap istiqomah selamanya atau malah akan turun untuk selama-lamanya. Nauzubillah.. Semoga hal itu tidak terjadi kepada kita semua. Aamiin
Berbicara tentang iman, terkadang iman itu bisa berada di atas dan terkadang bisa berada di bawah. Di saat iman berada di atas itu karena ketaatan-ketaatan kita kepada Allah Swt. Sedangkan di saat iman berada di bawah itu di sebabkan karena kemaksiatan yang kita lakukan, baik kita sadari ataupun tidak kita sadari.
Itulah sebabnya ana mengawali tulisan ini dengan pribahasa “karena nila setitk, rusak susu sebelanga”. Agaknya pribahasa itu harus kita renungkan dan kita tanamkan dalam kehidupan kita. Karena pribahasa itu mengingatkan kita untuk senantiasa menjauhkan diri dari setiap perbuatan kejahatan alias maksiat, walaupun perkaranya kecil atau kalau tidak ia akan memusnahkan kebaikan yang pernah kita lakukan. Faktanya memang iman yang ada di dalam hati manusia itu dapat luntur dan terkikis karena “nila-nila” yang menetesi hati setetes demi setetes. Tanpa kita sadari setiap hari kita selalu dihadapkan dengan”nila-nila” dunia yang terkadang dibungkus dengan keindahan. Sehingga tidak sedikit dari kita yang kemudian terjerumus kedalamnya. Malahan ada juga yang sudah tau bahwa itu sebenarnya bukan perkara yang baik, namun karena hal kecil jadi ya sekali-kali nggak apa-apa lah. Kadang memang perkaranya kecil, tapi kalau dibiarkan lama kelamaan akan menggunung dan menjadi kebiasaan. Itulah yang kemudian dapat melunturkan keyakinan yang telah bersusah payah dibangun selama ini.
Iman naik karena ketaatan dan iman turun karena kemaksiatan.
Iman naik karena ketaatan, ketaatan seperti apa? Banyak bentuk-bentuk ketaatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keimanan kita. Mulai Dari yang bentuknya wajib, jelas dan pasti, sampai pada perkara yang kita anggap biasa namun dapat memberikan efek yang luarbiasa. Contoh perkara yang sudah jelas seperti Sholat, Puasa, baca Al-Qur’an dan hal-hal semacamnya. Namun hal yang belum jelas tapi sebenarnya itu bentuk ketaatan kita kepada Allah Swt. ini yang banyak mengecoh kita. Hal yang seharusnya dapat menambah keimanan kita malah menjadi boomerang dan meruntuhkan iman itu.
Sudah jelas bahwa Allah Swt. menciptakan kita manusia untuk beribadah kepadanya. Berarti setiap langkah tingkah laku dan gerak gerik yang kita lakukan harus kita niatkan untuk beribadah kepadaNya. Seorang mahasiswa belajar di bangku kuliah, niatkan karena Allah Swt., nilainya ibadah, menambah ketaatan, meningkatkan keimanan. Dosen yang mengajar pun sama, niatkan karena Allah Swt., nilainya ibadah, menambah ketaatan, meningkatkan keimanan. Penjual di kantin, berjualan niatkan karena Allah Swt., nilainya ibadah, menambah ketaatan, meningkatkan keimanan. Ini hal-hal biasa yang dapat kita lakukan untuk menambah ketaatan kita.
Masa’ iyaa ?? Segala sesuatu yang kita lakukan kita niatkan karena Allah Swt., ikhlas lillahi ta’ala, insya Allah hati kita akan selalu tertuju kepada Allah semata ketika kita melakukannya. Kalau hati kita tertujunya kepada Allah saja, mudah-mudahan keimanan kita akan semakin meningkat karenanya.
Iman turun karena kemaksiatan. Kemaksiatan serperti apa yang sudah kita lakukan sehingga membuat iman kita turun dan membuat kita lalai untuk melakukan sesuatu? Tinggal dibalik aja hal yang ada diatas tadi. Kita melakukan sesuatu bukan karena Allah Swt. Kita mengharapkan pujian, materi, imbalan dan sejenisnya. Ditambah lagi dusta, riya, ngerumpi, kikir dan kawan-kawannya. Lengkaplah sudah kemaksiatannya. Kalau hal yang seperti ini dibiarkan terus menerus gimana nggak tenggelam imannya. Sekali saja kita melakukan kemaksiatan ini, bisa jadi akan terulang yang kedua dan yang kesekian kalinya. Karena sudah jelas bahwa setan itu menjadikan terasa indah kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Maka “nila-nila” dunia itu kadang susah dibedakan. Hanya kacamata imanlah yang dapat melihat dan membedakannya.
Lalu apa yang harus kita lakukan di saat iman kita turun? Ya ana ada beberapa solusi di saat iman kita mulai turun. Pertama, tilawah lah/membaca Al-qur’an. Karena al-qur’an adalah satu-satunya obat yang mengembalikan iman kita. Kedua, perbanyaklah berzikir. Karena berzikir salah satu membersihkan hati. Ketiga, memperbanyak mengikuti majelis ilmu dan berkumpul dengan orang-orang sholeh. Keempat, memperbanyak amal sholeh. Kelima, mengingat kematian. Dan yang terakhir adalah bermunasab/berdoa kepada Allah swt. Karena Allah lah yang memiliki hati ini, Allah juga yang telah menanamkan iman dalam hati kita, jadi jangan biarkan iman itu meredup dan padam.
Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ibadatik.
*pernahkah kita menyadari bahwa kematian tak pernah kita duga*
*jangan menunggu tua, bisa jadi kita mati muda*
*jangan tunggu sakit, sebab syarat mati tidak harus sakit*
Semoga bermanfaat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

_Lusi Hardianti A. H

Senin, 05 September 2016

Fiqh Prioritas

oleh Dr. Yusuf Al Qardhawy


SEGALA puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya, hal-hal yang baik dapat terlaksana, yang memberikan petunjuk kepada kita semua. Kita tidak akan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus kalau Allah tidak memberikan petunjuk itu kepada kita. Salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan, pimpinan, teladan, dan kekasih kita, Muhammad saw serta kepada seluruh keluarganya, sahabatnya, dan kepada orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat kelak.

Studi yang penulis sajikan di hadapan Anda sekarang ini merupakan sebuah topik yang kami anggap sangat penting, karena ia memberikan solusi terhadap tiadanya keseimbangan –dari sudut pandang agama— dalam memberikan penilaian terhadap perkara-perkara, pemikiran dan perbuatan; mendahulukan sebagian perkara atas sebagian yang lain; mana perkara yang perlu didahulukan, dan mana pula perkara yang perlu diakhirkan; perkara mana yang harus diletakkan dalam urutan pertama, dan perkara mana yang mesti ditempatkan pada urutan ke tujuh puluh pada anak tangga perintah Tuhan dan petunjuk Nabi saw. Persoalan ini begitu penting mengingat keseimbangan terhadap masalah-masalah yang perlu diprioritaskan oleh kaum Muslimin telah hilang dari mereka pada zaman kita sekarang ini.           

Sebelumnya, saya menyebut perkara ini dengan istilah "fiqh urutan pekerjaan"; namun sekarang ini dan sejak beberapa tahun yang lalu saya menemukan istilah yang lebih pas, yaitu "fiqh prioritas"; karena istilah yang disebut terakhir lebih mencakup, luas, dan lebih menunjukkan kepada konteksnya. Kajian ini sebetulnya dimaksudkan untuk menyoroti sejumlah prioritas yang terkandung di dalam ajaran agama, berikut dalil-dalilnya, agar dapat memainkan peranannya di dalam meluruskan pemikiran, membetulkan metodologinya, dan meletakkan landasan yang kuat bagi fiqh ini. Sehingga orang-orang yang memperjuangkan Islam dan membuat perbandingan mengenainya, dapat memperoleh petunjuk darinya; kemudian mau membedakan apa yang seharusnya didahulukan oleh agama dan apa pula yang seharusnya diakhirkan; apa yang dianggap berat dan apa pula yang dianggap ringan; dan apa yang dihormati oleh agama dan apa pula yang disepelekan olehnya. Dengan demikian, tidak akan ada lagi orang-orang yang melakukan tindakan di luar batas kewajaran, atau sebaliknya, sama sekali kurang memenuhi syarat. Pada akhirnya, fiqh ini mampu mendekatkan pelbagai pandangan antara orang-orang yang memperjuangkan Islam dengan penuh keikhlasan.   

Penulis tidak mengklaim bahwa tulisan ini merupakan kajian yang sempurna dan komprehensif. Ia hanya merupakan pembuka pintu dan jalan, yang akan dilalui oleh orang yang hendak memperdalam dan melakukan kajiannya dalam masalah ini secara mendasar. Dan bagi setiap orang yang berijtihad ada bagiannya yang tersendiri untuknya.       

Penulis ingin mengakhiri mukadimah ini dengan mengutip apa yang dikatakan oleh Nabi Allah Syu'aib a.s., sebagaimana yang tercantum di dalam al-Qur'an:
"... Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan)
perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak
ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.
Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya
kepada-Nyalah aku kembali". (Huud: 88)          

Doha, Rabi, al-Akhir 1415 H./September 1994 M
al-Faqir ila-Llah
Yusuf Qardhawi
------------------------------------------------------
FIQH PRIORITAS
Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Dr. Yusuf Al Qardhawy
Robbani Press, Jakarta

Download Bukunya Disini: DOWNLOAD

http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Prioritas/Muqadimah.html (1 of 3)20/10/2004 6:45:08
Fiqh Prioritas


Kamis, 01 September 2016

77 Tanya-Jawab Seputar Shalat

Disusun Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Darul-Hadits, Maroko.
Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Seorang laki-laki tua datang kepada saya, rambutnya sudah memutih karena usia, setelah bersalaman ia pun berucap, “Pak Ustadz, ketika bangkit dari ruku’, saya selalu mengucapkan ‘Sami’allahu li man hamidah’. Kata penceramah di kampung saya, ma’mum yang melakukan perbuatan seperti itu, maka shalatnya batal. Bagaimanakah shalat saya selama ini?”.
Dalam sebuah pengajian, terlihat seorang jamaah yang melaksanakan shalat, ketika Takbiratul-Ihram ia angkat kedua tangannya setinggi-tingginya, setiap kali tegak bangun dari sujud ia kembalimengangkat kedua tangannya.
Seorang muslim yang hidup bernafas karena nikmat dan karunia Allah, detak jantungnya karena qudrat dan iradat Allah, tapi tidak pernah mau menempelkan dahinya untuk bersimpuh sujud ke hadirat Allah.
Tiga kasus di atas memberikan gambaran kepada kita tentang potret ummat saat ini. Saya berharap, meskipun jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan buku kecil ini dapat memberikan jawaban untuk ketiganya. Saya kemas dalam bentuk tanya-jawab untuk memudahkan pembaca. Biasanya, ketika membaca pertanyaan, akal bekerja ingin mencari jawaban, saat itulah jawaban datang, mudahmudahan lebih merasuk ke dalam hati dan akal. Saya sebutkan beberapa pendapat mazhab, bukan untuk mengacaukan amalan ummat selama ini, akan tetapi untuk mengetahui bahwa pendapat itu banyak dan masing-masing memiliki dalil, sikap menghormati akan menguatkan ukhuwwah umat ini.
Buku kecil dan sederhana ini jauh dari kesempurnaan, masih perlu kritik yang membangun dari pembaca. Semoga menjadi bahan kritikan bagi para ulama, dapat menjadi insipari bagi para pemula, menjadi bekal amal ketika menghadap Yang Maha Kuasa.

Pekanbaru, 18 Mei 2013
H. Abdul Somad, Lc., MA.
Silahkan download Ebooknya disini : DOWNLOAD.
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com

Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber

Muhammad Hasnan

Part 4 – Ada Banyak Kerinduan Disana
Mereka menangkap ku, aku sempat memberikan perlawanan, menghindari tembak jitu yang berada di atas sana. Tapi usaha ku tak membuahkan hasil ketika sebuah timah panas menembus betis kaki kanan ku...
Aku mendengar samar-samar suara orang yang bercakap-cakap di luar sana. Perlahan aku membuka mata dan merasakan sakit diseluruh tubuhku. Aku berada di sebuah ruangan, tetapi bukan gudang yang aku datangi tadi siang. Kaki, tangan dan kepala ku  diperban, tangan kiri ku di infus. Aku menarik nafas dan berusaha mengembalikan semua kesadaran ku. Tidak ada orang di ruangan itu. Aku bangkit dari tempat tidur, melepas infus dan membuka perban di kepala. Berjalan agak pincang ke arah pintu. Ada tiga orang yang bercakap-cakap di sebelah kanan pintu, dan seorang cleaning service sedang menyapu di sebelah kiri pintu, lalu beberapa orang berlalu lalang. Aku berbalik menuju ke arah telepon dan mulai melakukan panggilan untuk memesan makanan. Tak berapa lama kemudian datang makanan yang aku pesan tadi. Aku menyuruh petugas yang mengantarnya untuk menghabiskan makanan itu, dengan syarat kami bertukar pakaian. Dia menyetujuinya setelah aku memberikan sedikit penjelasan. Aku keluar dari ruangan itu membawa piring tempat makanan dengan pakaian perawat rumah sakit, menuju dapur dan keluar dari pintu belakang. Aku menuju ke salah satu mobil ambulance yang terparkir disana, masuk dan mulai mengendarainya.
Aku berhenti di pinggir jalan, di depan sebuah toko yang berjarak 50 meter dari sebuah masjid. Aku harus ganti baju, baru kemudian menenangkan diri di masjid itu. Aku telah berkendara selama 15 menit. Ada sesuatu yang merasuk di kepala ku selama perjalanan tadi, bahkan sejak aku tersadar tadi. Aku ingin menyendiri dulu di masjid ini, berfikir dan merenung. Meski sholat ashar berjamaah telah dilaksanakan satu jam yang lalu, tapi masjid ini tetap ramai, ada yang duduk melingkar, berdzikir, mengaji dan berdoa. Aku sholat di shaf terdepan dipinggir sebelah kiri masjid. Aku sholat se-khusyu’ mungkin, berdoa didalam sujud ku yang panjang. Hingga tanpa terasa air mata ku mengalir dalam sujud ku.
Aku telah melupakan kejadian di gudang tadi siang, ini bukan soal itu, meskipun kegagalan hari ini adalah kegagalan pertama ku, ini sesuatu yang beda. Sesuatu yang belum pernah ku rasakan sebelumnya, yang merasuk begitu dalam di hati ku. Mengalir dalam darah ku, hingga aku tak mampu menahan air mata, aku terisak hingga akhir sholat. Hati ku sesak mengingatnya, ingin rasanya aku berteriak sekencang mungkin, mengadu kepada Yang Mahakuasa, betapa hatiku kini sedang dilanda kerinduan. Aku merindukan kedua orang tua ku.
Sejak aku tersadar tadi, aku begitu berharap mereka ada disamping ku, aku ingin memeluk mereka, bercerita dan menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Entah mengapa perasaan ini begitu tiba-tiba. Berulang-ulang ku sebut mereka di dalam doa, ku ceritakan pada-Nya betapa aku mencintai mereka, betapa aku merindukan mereka, betapa aku ingin bersama mereka lebih lama lagi. Mungkin karena selama ini aku telah lama jauh dari mereka, aku sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan ini itu, jarang menghubungi mereka, apalagi mengunjunginya. Tapi doa mereka selalu mengalir untuk ku, untuk keselamatan ku. Bahkan aku merasa kekuatan doa mereka yang menyelamatkan ku dari kematian hari ini, kekuatan doa mereka yang membuat ku masih bisa berdiri tegak hari ini. Maka kejadian hari ini adalah peringatan bagi ku, betapa pun hebatnya aku disini, aku tetaplah seorang anak laki-laki yang harus berbakti kepada kedua orang tuaku. Betapa pun sibuknya aku disini, aku harus bisa mengunjungi mereka, sebab kepulangan ku adalah kebahagiaan bagi mereka, sedangkan kepergian ku adalah kekhawatiran dan kesedihan bagi mereka. Bagaimana kalau mereka tau apa yang aku alami hari ini, pasti mereka tidak akan berhenti menangis memikirkan ku. Mereka tidak akan percaya begitu saja ketika aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Karena  cinta mereka begitu dalam padaku, tidak ada tandingannya. Seumur hidup aku tidak akan mampu membalas kasih sayang mereka. Maka doa yang selalu terucap dari mulut ku hanyalah untuk mereka, cinta dan malaikat penolong ku di dunia ini.
Ada banyak kerinduan disana, di dalam hati yang begitu tulus mencintai, di dalam rasa yang begitu tulus memahami.
Ada banyak kerinduan disana, di dalam doa yang ku kirimkan pada Sang Pemilik langit, di dalam aliran air mata yang disaksikan Sang Pemilik bumi.
Aku tak menghiraukan lagi keadaan sekeliling ku, setelah merasa puas berdoa, aku mengambil kitab suci yang ada di depan ku, membuka lalu membacanya kalimat demi kalimat, halaman demi halaman. Aku berharap ini dapat sedikit mengobati kerinduan ku. Karena bagai mana pun, aku tidak ingin kecintaan ku pada kedua orang tua ku mengalahkan kecintaan ku pada Sang Pencipta. Maka satu-satunya cara untuk mengobati kerinduan ini adalah aku harus melakukan hal-hal yang membuat ku semakin dekat dengan-Nya.
Aku menyendiri di masjid ini hingga bakda isya, sampai aku merasa lebih tenang dan lebih siap untuk kembali ke dunia. Sekitar pukul 20.00 aku keluar dari masjid, duduk di kursi yang ada di teras masjid sambil mengenakan sepatu. Kemudian aku berjalan keluar menuju gerbang masjid, namun seketika langkah ku terhenti ketika seseorang memanggil nama ku. Akupun menoleh ke kiri mencari sumber suara yang memanggil ku.

Bersambuungg....

Selasa, 23 Agustus 2016

Muhammad Hasnan

Part 3 – Sebuah Kegagalan
Pintu gudang terbuka perlahan, mereka telah mempersilahkan ku untuk masuk. Aku keluar dari mobil dengan sebuah koper di tangan kiri. Berjalan perlahan menuju kedalam gedung. Harimau telah menunggu ku di sana...
          “Hahaha. Apa kabar bos?” Seseorang menyambut dengan mengulurkan tangan ke arah ku. Disana hanya berdiri 8 orang, aku berusaha tetap tenang.
          “Alhamdulillah, setelah melihat kalian disini aku bertambah sehat.” Jawabku tersenyum.
          “Hahaha. Senang bisa melihat Anda, mari minum dulu.”
          “Terimakasih, tapi aku sedikit terburu-buru. Ini ku bawakan sesuai dengan pesanan kalian” Lawan bicara ku yang tadinya ingin menuju ke meja terhenti langkahnya mendengar ucapan ku.
          “Mengapa terburu-buru, kita bahkan belum berkenalan. Ayolah bos, santai saja.”
    “Aku rasa kita tidak perlu berkenalan, toh sebentar lagi kalian akan segera meninggalkan negara ini”
          “Bagaimana kalau malah sebaliknya, kau yang meninggal?” katanya sambil tertawa. “Kau hanya sendirian disini, sedangkan jumlah kami lebih banyak”. Semua orang yang ada disana tertawa mendengar ucapan orang tadi.
          “Percayalah, aku telah banyak mendengar gertakan seperti ini. Dan aku yakin kalian tidak mau mendengar bagaimana akhirnya. Jadi, mari segera kita akhiri pertemuan ini.” Aku menjawab tenang.
          “Sejujurnya, aku hanya ingin tau bagaimana kalian bisa menemukan perusahaan-perusahaan seperti kami. Tapi bagaimana kalau seandainya kalian terlalu pintar sehingga tidak tau kalau perusahaan ini baru berjalan 5 bulan, dan sengaja dibentuk untuk menjebak dan membunuh mu.” Mereka tertawa lagi. Dan aku mendengar suara pintu gudang ditutup. “Kalau kau mau bekerjasama dengan kami,  sesuatu yang luar biasa akan terjadi” Dia melanjutkan, kali ini tidak dengan tawa.
          Aku tersentak mendengar ucapannya, mengapa bisa kami seceroboh ini. perusahaan yang aku datangi ini hanya jebakan, ini hanyalah sebuah gudang yang baru selesai dibangun. Aku melihat sekeliling dan ternyata gudang ini kosong, hanya ada beberapa kursi dan meja yang sudah lapuk. Tak mungkin mereka langsung mengosongkan gudang setelah bernegosiasi dengan kami.
“Sebelum aku memutuskan memilih pekerjaan ini, aku telah siap untuk segala resikonya, meskipun kematian. Jadi tidak mungkin aku akan mengkhianati Republik ini. Dan kalau pun aku mati disini, mereka tinggal mencari pengganti ku, melanjutakan misi kami. Kematian ku tidak akan membuat semuanya berakhir bray.” Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut ku.
          “Aku menyesal mendengar ucapan mu.” Orang itu memberi isyarat kepada anggotanya untuk menyerangku.
          “Aku harap kalian tidak menyesal melakukan ini pada ku”. Aku mengakhiri ucapan ku dengan memukulkan koper di tangan kiri ke wajah salah seorang dari mereka yang menyerangku, kemudian aku mengelakkan wajah ku ke kiri dan memukulkan koper ke wajah anggota lainnya yang juga menyerang dari depan. Tangan kanan ku menyambut pukulan dari anggota mereka yang lain dan aku memutar badan diiringi tendangan kaki kiri ke perut anggota mereka lagi.
          Tujuh anggota mereka yang ada disana telah aku lumpuhkan, kecuali seseorang yang sejak awal mengajak ku bicara, dialah sang bos. Aku masih bersiaga kalau-kalau datang serangan secara tiba-tiba dari anggota mereka yang masih bersembunyi dan jumlahnya juga tidak sedikit. Baru saja aku akan melangkah mendekatinya, aku merasakan ada sesuatu di kepala ku. Yaa, sebuah sinar laser dari penembak jitu di atas gudang telah menempatkan bidikannya tepat di keningku.
          “Katakan apa yang kalian inginkan. Kalau kalian ingin aku mati, silahkan bunuh aku.” Sudah hampir dua jam aku berada di sini. Sejujurnya aku mulai bosan dan ingin segera menyelesaikan transaksi ini.
          “Seperti yang kau katakan, kematian mu taka ada artinya, jadi kami inginkan kau hidup-hidup.”
          “Mereka tidak akan membayar mahal hanya untuk menebus prajurit seperti ku. Justru kalian lah yang akan membayar mahal untuk ini.”  Kali ini aku telah duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat. Mereka menangkap ku, aku sempat memberikan perlawanan, menghindari tembak jitu yang berada di atas sana. Tapi usaha ku tak membuahkan hasil ketika sebuah timah panas menembus betis kaki kanan ku.
“Aku hanya ingin menyaksikan salah satu dari kalian mati mengenaskan secara perlahan di kandang lawan. Menyerah tanpa perlawanan. Negosiator andalan telah mati. Hahaha” Mereka tertawa seakan telah memenangkan pertarungan.
          “Sebelum aku benar-benar mati, aku ada satu permintaan. Boleh kalian tolong ambilkan buku yang ada di saku jaket ku?”
          “Permintaan terakhir? Tentu saja boleh kapten. Hahaha” Mereka tertawa lagi. Kalau saja aku tidak terikat di kursi ini, atau salah satu kaki ku tidak tertembak, aku akan menghajar mereka semua habis-habisan. Tak perduli jika aku harus mati sekalipun. Tapi kini aku hanya bisa mengutuk dalam hati, berusaha tetap tenang meski tubuh ku gemetar menahan amarah. Dia mengambil sendiri buku yang ada di saku jaket ku. “Apa kau mau aku bacakan sebuah dongeng sebelum kematian?” Dia melanjutkan lagi. Kali ini hampir tak bisa membuat ku menahan diri untuk benar-benar menghajarnya.
          “Iya, anggap sajalah begitu. Sekarang buka kan aku Bab ke tiga puluh, tentang Zalzalah nomor 7 dan 8, tepatnya halaman 599.” Dia membolak-balik buku itu dan membaca apa yang aku perintahkan, tetapi dia membacanya dalam hati.

          “Kau tahu, buku ini hanya sebuah dongeng yang akan mengantarkan mu pada kematian. Tulisan seperti ini tidak akan membuat ku mengurungkan niat untuk membunuh mu.” Nada suaranya meninggi ketika mengucapkan kalimat itu. Tapi yang membuat ku benar-benar tak bisa menahan diri adalah ketika dia menghempaskan buku itu ke lantai. Aku berteriak dan bangkit dengan keadaan tangan dan kaki masih terikat kursi. Melompat ke depan dan memutar badan dengan kekuatan penuh sehingga kursi yang mengikat di tubuh ku mengenai bos pemberontak yang berdiri tepat di hadapan ku. Dia terpental ke lantai. Aku melakukan hal yang sama kepada siapa saja yang ada di ruangan itu, persis seperti singa yang mengamuk ketika ketenangannya di usik. Aku sadar gerakan ku terbatas, sehingga tak selang berapa lama aku telah terbaring di lantai, dihujani pukulan dan tendangan. Kemudian semuanya gelap.

Bersambung... :D

Senin, 08 Agustus 2016

Muhammad Hasnan

Part 2 – Divisi Strategi dan Perencanaan Pertahanan
Buku itu kini memang tengah menjadi trending topik dikalangan pemerintah. Sejak pemilihan presiden dadakan tahun 2017 lalu, buku itu seakan mulai diangkat ke tengah pemerintahan...
          Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB, aku masuk ke ruang pribadi sekaligus kantor tempat kerja. Letaknya di kamar tidur, aku menekan tombol diantara bebukuan di atas rak, dan memasukkan beberapa digit angka sebagai password. Rak buku bergeser ke kiri dan ke kanan hingga tampaklah sebuah pintu rahasia, aku meletakkan telapak tangan di tempat pemindai dan pintu pun terbuka. Aku masuk dan pintu secara otomatis tertutup. Kantor ku memang terletak di ruang bawah tanah rumah ku. Aku lebih suka berada menyendiri daripada bergabung bersama rekan-rekan lain di kantor, toh substansi kerjanya tetap sama, bekerja untuk Negara.
          Aku bekerja di sebuah Datasemen Khusus bentukan pemerintah yang bertugas menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara dari pemberontak dalam negeri. Sebuah badan intelijen rahasia yang setiap  hari berurusan dengan pemberontak. Tak ada yang tau pekerjaan ku, kecuali rekan-rekan sekantor dan sesama anggota Datasemen, karena ini memang Datasemen rahasia. Aku ketua divisi Strategi dan Perencanaan Pertahanan. Sesuai dengan nama divisinya, tugas kami hanyalah mencari dan menemukan pemberontak yang mendirikan perusahaan-perusahaan gelap, yang dari luar tampak seperti perusahaan biasa, tapi dibalik itu mereka menyelundupkan barang-barang haram seperti narkoba, kokain dan senjata illegal. Setelah itu, kami melakukan negosiasi untuk menutup perusahaan itu secara baik-baik. Kalau pihak perusahaan menolak, maka kami terpaksa memberikan tugas selanjutnya kepada divisi garis depan pertahanan untuk menutup paksa perusahaan itu.
          Ini adalah tahun ketiga aku bekerja untuk pemerintahan, dan tahun kedua aku menjabat sebagai ketua divisi. Kami selalu merencanakan pertahanan dengan matang, mencari dan menemukan perusahaan pemberontak. Aku selalu menanamkan bahwa gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan kegagalan. Tapi ketika negosiasi aku mengatakan bahwa untuk urusan dunia semua bisa diatur, tapi untuk urusan akhirat semua ada aturannya. Sejauh ini, pekerjaan kami terselesaikan dengan sangat baik. Meski aku tak pernah terjun kelapangan, kecuali untuk memberikan “ongkos pulang kampung” secara cash kepada pemilik perusahaan yang mau menutup kantornya dengan cara baik-baik. Ongkos cash, itu perjanjiannya. Itulah yang kami rencanakan, negosiasi yang terukur dan strategi menemukan perusahaan gelap. Walaupun beberapa perusahaan menolak dengan keras negosiasi kami ketika divisi ini baru terbentuk beberapa tahun silam.
          Aku duduk di depan layar monitor dan mulai membaca email yang masuk, beberapa laporan dari anggota dan beberapa lagi pemberitahuan dari pusat.
“Selamat siang pak!” Salah satu anggota menghubungi ku melalui Video Call, aku menampilkan panggilannya di monitor sebelah kanan.
“Ya, ada apa?”
“Seperti biasa pak, lusa ada negosiasi dengan perusahaan furniture berskala lokal di jalan Garuda. Tapi investasi narkoba mereka telah sampai ke Jerman dan Amerika” Ia menjelaskan singkat.
“Baiklah, boy. Email-kan alamat lengkapnya dan berapa yang harus kita sedekahkan” Aku menjawab singkat.
“Siap pak! Tapi sepertinya mereka telah merencanakan dengan matang untuk negosiasi ini. Saya merasa ini tak kan sama dengan sebelum-sebelumnya”
“Good job Ndra, seperti cara lama saja. Saya yakin ini tak kan sulit, jadi jangan khawatir.”
“Baiklah pak, segera saya kirimkan alamatnya”
“Oke Ndra, Terimakasih”
“Sama-sama Pak” Hendra menutup panggilannya.
Aku diam sejenak menatap layar monitor dengan tatapan kosong. Mencerna kata-kata Hendra “saya merasa ini tak kan sama dengan sebelum-sebelumnya”. Sepintas memang rasa takut selalu merasuki hati ku, itu manusiawi. Tapi tanggung jawab yang diberikan kepada ku masih bisa menutupi ketakutan-ketakutan yang tak berarti itu. Semoga.
Hari ini, dua hari setelah Hendra mengirimkan alamat perusahaan yang telah bernegosiasi dengan kami. Aku berangkat dengan mobil hitam metallic milik kantor karena memang aku tadi kesana untuk mengambil uang pembayarannya. Pukul 16.00, bakda ashar aku langsung meluncur menuju tempat transaksi, dan mereka pasti telah menunggu kedatangan ku disana. Aku tak membawa senjata apa pun, hanya membawa sebuah buku keramat yang selalu tersimpan di saku jaket ku. Juga tidak ada yang mengikuti ku, aku pergi tanpa pengawalan.
Kurang dari 30 menit, aku sampai di depan sebuah gudang, lebih tepatnya sebuah perusahaan yang telah ditutup. Aku memarkirkan mobil di depan pintu masuk. Sunyi, mereka pasti menunggu di dalam, pikirku. Ini memang tidak sama seperti sebelum-sebelumnya, biasanya ada yang menyambutku dari luar, ntah itu dengan pukulan atau hantaman senjata tajam. Tapi ini suasananya berbeda, tidak ada tanda-tanda kehidupan disini. Aku terdiam sesaat, lalu mengeluarkan alat pendeteksi panas di laci mobil. Kuaktifkan alat itu dengan sensor suara, dan dilayar monitor terlihat lebih dari 20 titik berwarna merah yang tersebar di seluruh sisi dalam gedung. Benar kata Hendra, mereka telah siap menyambut kedatangan ku.

Pintu gudang terbuka perlahan, mereka telah mempersilahkan ku untuk masuk. Aku keluar dari mobil dengan sebuah koper di tangan kiri. Berjalan perlahan menuju kedalam gedung. Harimau telah menunggu ku di dalam.

Bersambung... :D

Senin, 01 Agustus 2016

Dear kalian semua yang ngebaca.


Assalamualaikum Wr. Wb sahabat ana yang di sayangi Allah.
Perkenalkan nama ana Lusi Hardianti dan nama panggilan ana uci. Iyaa, biasa di panggil uci gitu sich sama teman-teman deket. Heem ana 6 bersaudara dan ana adalah anak yang paling bungsu yaa yang katanya tingkatan bungsu itu adalah anak yang paling manja gituuu. * duh ngk peting banget yaa. Hahaha
Baik, sekarang ana nggak mau bertele-tele lagi di sini ana cuma mau sedikit bercerita gitu. Cerita perjalanan hijrah ana dari awal sampai sekarang. *semoga istiqamah selamanya Aamiin.
Sebelum ana cerita panjang lebar nich yaa. Ana mau tanya dulu sama sahabat ana semua. kalian semua pasti udah pernah dengar penjelasan ini dong yaa.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka tidak di ganggu. Di mana Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Al-Ahzaab:59).
Iyaa, sudah di jelaskan dalam surat Al-Ahzaab ayat 59 bahwasannya kita itu di wajibkan untuk menutup aurat kita supaya kita tidak diganggu, iyaa diganggu dari hal yang nggak kita inginkan. Pasti sahabat semua paham dong maksudnya.
Awalnya ana sama seperti kalian, dulu ana itu adalah cewek yang bisa dibilang belum sempurna menutup aurat. Masih pakek pakain ketat, jilbabnya masih yaaa nggak seperti yang dianjurkanlah pokoknya. Dan pada masa itu ana merasa ana udah paling keren gituu. Padahal berpakaian seperti itu sanggatlah tidak di anjurkan karena mengundaaaang. Yaa ituuu dech pokoknya. Buat sahabat ana yang udah dari awal menuturp aurat sesuai dengan yang sudah dianjurkan wah itu ana salut banget dech pokoknya dan semoga tetap istiqamah hingga akhir hayat yaa, aamiin.
Ana pernah dengar kata-kata seperti ini “satu langkah anak perempuan keluar  dari rumah tanpa menutup aurat satu langkah pula ayahnya  mendekat ke neraka”. Sumpah tu kata-kata bikin ana takut banget. Serius dech ana nggak bohong. Ana coba merenungkan diri, tidak lama kemudian muncul di benak ana, sampai kapan aku harus begini, tidak ada perubahan sama sekali dan tidak mendapatkan ketenangan apa-apa dengan berpakaian seperti ini malahan menjadi tambah risih, ana nggak mau cuma karena ana satu-satunya menyebabkan ayah ana mendekat ke neraka, Nauzubillah. *takkan ku biarkan satu gorespun kulitmu terkena api neraka-Nya*
Nah setelah ana merenungkan semua itu, detik itu juga menit itu juga jam itu juga ana mencoba untuk meninggalkan semua pakain ana yang sangat membuat ana nggak nyaman sama sekali dan membuat ana risih. Ana coba sedikit bercerita sama kakak kelas ana yang juga lagi tahap proses. Dia sangat mendukung ana malah dia senang banget. Lalu, dia membei ana sedikit penguat yang sampai sekarang nggak lupa sama ana yaitu shalatlah tepat waktu dan ingatlah KEMATIAN. Karena kita tidak tau kapan kita akan mati, bisa jadi detik ini, menit ini atau jam ini juga Allah SWT memerintahkan malaikatnya untuk memanggil kita dan amalan kita belum seberapa untuk menolong kita. *duh gemeteran nich
*Buat apa berseksi-seksi di dunia. Kalau di akhirnya tersiksa di akhirat.
Dulu sebelum hijrah ana juga pernah merasakan yang namanya pacaran iya yang katanya pacaran itu serasa dunia milik kita berdua. Nggak tau dech ya udah berapa kali udah lupa nich, karena nggak ada manfaatnya sama sekali untuk ana ingatkan lagi. Nich ana kasi tau ya buat sahabat semua pacaran itu sangat sangat sangat merugikan, ngabisin waktu dan nggak ada manfaatnya sama sekali. *dapat dosa iya.
Dalam Al-qur’an surat Al-Israa ayat 32 yang artinya “ dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”.
Tu sahabat ana yang ana sayangi udah di jelasin dalam Al-qur’an bahwananya zina itu adalah perbuatan keji dan sanggat di benci oleh Allah SWT. Tapi apaa?? Pacaran bukan berarti berzina?? Emang kamu pacaran ngapain aja?? Nggak ngapa-ngapain? Yaudah kalau nggak ngapa-ngapain ya ngapain mesti pacaran cobaa, kann rugii kalau nggak ngapa-ngapain aja udah dapat dosa. Jadi ana saranin nich ya buat sahabat semua yang masih pacaran. udah putusin ajaaa. Tunggu apalagi, Takut punya status jomblo? Tenang mblo asam  di gunung, garam di laut, toh bisa ketemu juga di cobek | tenang aja panteskan diri mendapat yang diridahoi illahi J . karena pacaran setelah menikah itu jauh lebih indah. Jodoh itu tidak akan menjadi dekat hanya karena kamu PACARAN dan tidak akan menjadi Jauh hanya gara-gara kamu JOMBLO. udah lama pacaran eh ternyata nggak jadi sama kamu. Jaga jodoh orang dong jadinya. Say to no pacaran. Okeh :)
Okee itulah cerita ana dari awal ana hijrah. Dan ana ada sedikit tips nich untuk sahabat ana agar selalu istiqamah kejalannya. Pertama, jangan perah ninggalin shalat lima waktu kalau bisa yang sunahnya juga yaa. dan cobalah tepat waktu untuk melaksanakannya. Yang kedua luangkanlah waktu kita untuk selalu membaca Al-qur’anya. Nggak bisa one day one juz, satu halaman dulu dech, kalau nggak bisa juga coba satu ayat dech. Pokoknya sampai bisa dech yaa dan beserta terjemahannya. karena Al-qur’an sangat membantu kita di saat kita mulai lalai dalam segala hal. *kamu kurang focus? Tenang ada Al-Qur’an. Hehe
Dan yang terakhir nich carilah kesibukan yang sangat bermanfaat. seperti ikut kajian, atau berkumpul dalam lingkaran dakwah. Supaya nggak ingat mantan teruuuuss. *ehh
So, Jangan di tunggu nanti, karena akan berujung penyesalan. Mau tunggu tua baru bertaubat? Jangan nunggu tua bisa jadi aku dan kamu MATI muda.
Atau kamu udah ada rasa ingin berhijrah. Tapi, takut di katain orang-orang? Hidup akan singkat jika kamu menghabiskan waktu untuk mencemaskan apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu.
Jadi tunggu apa ? aku mau hijabkan hati aku dulu baru hijab-in aurat ku. “yang berjilbab memang belum tentu berakhlak mulia… namun yang berakhlak mulia pasti berjilbab”.
Yuk di jemput hidayahnya!!
Baik sahabat semua sampai disini dulu ya. Semoga bermanfaat, maaf apabila ada kata yag salah. Karena kebenaran hanya milik Allah SWT semata. *ambil yang baiknya aja ya.
Wassalamualaikum. Wr. Wb J


_Lusi Hardianti,,

Minggu, 22 Mei 2016

Profile

Dasman Sangkelana Putra

Assalamu’alaikum Wr. Wb…
Dasman, begitulah saat ini teman-teman biasa memanggil saya. Ada juga beberapa yang terkadang memanggil dengan panggilan Sangkelana. Uniknya, ketika saya masih di Sekolah Dasar, teman-teman memanggil saya Idas. Dan ketika SMP saya di panggil Eman. Tapi semenjak SMA sampai sekarang saya di panggil Dasman, gabungan dari Idas-Eman, heheh.
Tapi gengs, bagaimanapun teman-teman memanggil saya, selagi itu masih baik ya rapopo. Apapun panggilan teman-teman terhadap saya, saya tetaplah seperti ini, seorang hamba Allah yang berusaha untuk selalu menjadi lebih baik. Saya juga selalu berusaha mengajak orang lain untuk hijrah menuju kebaikan. Karena bagaimanapun juga singa tidak berani pada kawanan domba yang ramai. Tapi kalau domba itu seekor saja, maka siap-siaplah untuk berjuang keras melawan singa yang akan memangsa atau bahkan mati diterkamnya. Begitu juga kita manusia, apabila berjamaah dan ramai, maka akan semakin mudah melakukan kebaikan. Tetapi apabila sendiri saja, rintangan akan sulit ditaklukkan. Semoga Allah selalu memberikan hidayahnya kepada kita semua.
Saya lahir di Sorek, dan ketika menulis profile ini, usia saya 23 tahun kurang 5 bulan. Ayah saya bernama Hamzah dan Ibu saya bernama Samsiar. Ayah lebih tua 11 tahun dari Ibu, mereka adalah orang terhebat yang pernah ada. Tentu saja, setiap orang juga menganggap kedua orang tuanya sebagai orang yang terhebat dalam hidupnya, pahlawan bagi anak-anaknya. Anak ke empat dari empat bersaudara, namun yang masih hidup kami hanya bertiga. Kakak saya anak ketiga meninggal ketika masih bayi. Diantara kami bertiga, sayalah yang paling ganteng, laki-laki sendiri. Heheh.
Saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar selama 6 tahun di SDN 008 Minas Timur, kampung Bukit Indah atau kampung Jawa (karena disana banyak orang Jawa), kecamatan Minas Kabupaten Siak. Jadi saya tinggal sekitar 13 tahun lingkungan orang jawa, sampai tamat sekolah dasar. Sayapun sampai bisa bahasa jawa karena setiap hari mainnya sama anak-anak jawa. Padahal saya asli melayu pelalawan. Ayah dari kuala satu Kerumutan, ibu dari rawang empat Bandar Petalangan.
Selanjutnya saya menempuh pendidikan di SMPN Sorek Dua, di Desa Sorek Dua Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan selama 3 tahun. Iya, saya dan keluarga pindah dari kampung jawa ke Desa Balam Merah, Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan sampai sekarang. Jarak antara rumah dan sekolah kira-kira 20 Menit. Kakak selalu mengantar jemput saya selama kelas 1 semester 1. Sejak semester 2, saya diizinkan ke sekolah pakai motor sendiri. Dan saya tamat SMP tahun 2009.
 Tamat dari SMP, saya melanjutkan lagi ke SMAN 1 Pangkalan Kuras, di Sorek Satu Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. Agak sedikit lebih jauh dari SMP, dari rumah kira-kira 30 menit. Saya lulus tahun 2012, setelah belajar 3 tahun di SMA ini.
Saat ini bulan Mei tahun 2016,  saya berada di semester 8 (semester akhir) di Kampus Biru Langit Universitas Riau. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Saya juga aktif di beberapa organisasi kampus diantaranya Himaprodi PGSD, BEM Fakultas dan BEM Universitas.
Banyak hal yang saya alami dalam hidup ini, banyak hal  juga yang ada di fikiran saya. Saya akan mencoba menguraikannya dalam bentuk tulisan-tulisan yang akan saya muat di blog ini. Meskipun saya yakin tidak bisa menuliskan semuanya, tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk berbagi dengan kawan-kawan semua. Mudah-mudahan apa yang saya muat disini dapat memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya. Teman-teman dapat menghubungi saya di:
Fb: Dashmand S. Putra
Twitter, IG: @Dashmansp
Line id: mannatra
Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih kepada kawan-kawan semua yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca blog saya ini. Saya selalu menunggu komentar dan masukannya untuk kebaikan kedepannya. Kalau dalam tulisan-tulisan saya ini terdapat kesalahan, tentu ini datangya dari diri saya sendiri dan saya mohon dimaafkan, karena setiap kebenaran yang ada di dalamnya pasti datang dari Allah Swt.
Sebagai penutup, saya sampaikan Firman Allah:
“Demi Masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (Q.S Al-‘Asr : 1-3)

Wassalamu’alaikum Wr. Wb…

Proposal PTK Kooperatif Tipe Co-Op Co-Op

Assalamualaikum Wr. Wb...

Sebagai seorang mahasiswa Fakultas Keguruan, untuk menyelasikan tugas akhir biasanya kita  dihadapkan dengan dunia pendidikan terutama tentang sekolah. Sekolah selalu berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sebagai seorang guru kita tentu ingin hasil belajar peserta didik minimal sama dengan KKM. Namun permasalahannya tidak semua siswa mampu mencapai KKM dalam materi tertentu. Dalam hal ini kita perlu menerapkan strategi atau model pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kali ini saya akan mencoba memberikan solusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dalam pembelajaran IPS kelas IV.

Silahkan download proposalnya di sini.

Semoga contoh proposal penelitian ini bisa membantu teman-teman calon guru semua.

Muhammad Hasnan

Part 1 – Kitab Suci
Dering suara alarm di ponsel membangunkan ku. Sama seperti biasanya, karena aku memang sengaja menyetelnya di ponsel ku tepat pukul 03.30. Aku meraih ponsel yang berada di samping telingaku dan mematikannya. Aku ingin lanjut tidur lagi, pikirku. Tapi tak lama kemudian adzan shubuh berkumandang dari mesjid yang tidak jauh dari tempat tinggal ku, aku bahkan baru saja terpejam rasanya. Aku bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Tak berapa lama kemudian aku meluncur ke mesjid bersama motor kesayangan ku.
Shubuh pertama di tahun 2025. Aku duduk di shaf nomor dua di samping jendela mesjid sebelah kanan. Mendengarkan ceramah shubuh yang memang selalu ada di masjid ini. Aku duduk bersama jamaah lain yang jumlahnya hampir 3 shaf. Kalau dihitung mungkin jumlah kami sekitar seratus orang. Masjid ini memang selalu ramai, sama seperti mesjid-mesjid lainnya disini. Hanya malam tadi karena sebagian jamaah masjid yang ikut mabit tidur di masjid tempat acara mabitnya, jadi jamaahnya berkurang. Sedangkan aku pulang karena memang tidak ingin menginap  di masjid kali ini. biasanya kami sama-sama menginap di masjid kalau ada mabit.
Pagi ini aku tidak ada agenda, jadi aku bisa santai di rumah menikmati acara televisi. Aku duduk di ruang tamu ditemani segelas susu coklat dan kue kering. Aku baru saja memakan sepotong kue ketika ada yang menelpon ku.
“Hallo Bob?”, aku menjawab panggilan telepon.
“Hallo, kau lagi dimana hasnan?” Bobi balas bertanya dengan logat bataknya yang kental.
“Aku di rumah, ada apa.?”
“Aku kesana ya, mau pinjam buku kau yang kemaren untuk referensi Tesis ku.”
“Oke bob, aku tunggu di rumah ya.”
Bobi mengakhiri pembicaraan dan berkata akan langsung menuju ke rumah ku. Sebenarnya dia sudah lama tertarik dengan “buku” itu. Aku tau karena dia sering mendengarkan ketika aku membacanya setiap selesai shalat, kadang sesekali dia juga ikut membacanya. Tapi dia tetap tak mau membeli setiap kali aku menyuruhnya.
          “Hasnan!” Bobi berteriak memanggil nama ku di depan pintu. Padahal aku duduk di ruang tamu yang berada di balik pintu itu.
“Masuk Bob, tidak dikunci” aku menyahut dari dalam.
“Apa yang kau buat di rumah ini hasnan? Macam bapak-bapak kau ku tengok” Tanyanya bergurau ketika sudah masuk dan akan duduk di kursi bersama ku.
“Hahaha. Kamu yang mau buat apa hari libur begini boy?” Balas ku ikut bergurau.
“Hahaha. Ini tahun baru Hasnan, kita harus berubah. Zaman semakin modern, siapa terlambat dia akan ketinggalan kereta. Kau sudah mulai duluan, sekarang giliran ku.”
“Akhirnya Bob, kamu dapat hidayah juga.”
“Bukan itu Hasnan. Ini tentang Tesis.”
“Hahaha. Oh, hidayah untuk mulai mengerjakan Tesis.” Aku tertawa mendengar jawaban Bobi yang tampak tidak terima saat ku bilang dia dapat hidayah. “Memangnya judul kamu apa sampai meminjam “buku” kesayangan ku?” aku melanjutkan.
“Ah kau ini Hasnan. Aku mau membahas tentang hukuman yang sesuai untuk setiap tindak kejahatan yang betul-betul membuat jera pelakunya. Aku ingat pernah membaca tentang hukuman bagi pembunuh yang harus dibayar dengan nyawa juga dalam buku kau itu.” Bobi menjelaskan. Dia memang mahasiswa S2 Fakultas Hukum. Meskipun dulu selalu melanggar hukum, tapi sering berhubungan dengan dunia hukum sepertinya membuat Bobi tertarik untuk mendalami Ilmu hukum. Apalagi beberapa tahun terakhir hukum di Negara ini sudah menampakkan ketegasannya. Aparat seperti tersadar bahwa satu-satunya cara untuk menumpas kejahatan adalah dengan menegakkan hukum yang benar-benar memberikan efek jera bagi pelakunya dan mencegah orang lain untuk melakukan tidak kejahatan serupa. Dan tentu saja, satu-satunya kitab hukum yang membahas sanksi tegas hanya “buku pusaka” seperti milikku itu.
          Buku itu kini memang tengah menjadi trending topik dikalangan pemerintah. Sejak pemilihan presiden dadakan tahun 2017 lalu, buku itu seakan mulai diangkat ke tengah pemerintahan. Presiden yang baru menjabat sekitar 3 tahun terpaksa harus merelakan jabatannya setelah DPR menyatakan mosi tidak percaya terhadap Presiden dan Wakil Presiden. Penyebabnya banyak, kalau tidak salah ada 3 halaman kertas HVS alasan-alasan DPR menyatakan mosi itu. Akhirnya, diputuskan bahwa pemilihan presiden dilakukan tahun 2017.
Waktu itu ada 3 pasangan calon presiden dan wakil presiden. Semua pasangan calon mengumbar janji untuk mensejahterakan rakyat dan memberantas segala bentuk tindak kejahatan. Tapi ada yang berbeda dari ketiga pasangan calon itu, calon nomor urut satu dengan yakin mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengatasi segala permasalahan yang ada di Negara ini adalah dengan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Mereka juga mengatakan “Manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah kepada Tuhan. Jadi kalau ingin segala masalah kita bisa terselesaikan maka kita harus menyerahkan semuanya pada Tuhan dan tidak berhenti beribadah kepada-Nya. Karena masalah sebenarnya itu ada pada diri kita, kita jauh dari Tuhan, maka Tuhan timpakan berbagai masalah sebagai peringatan bagi kita. Namun kita pasrah bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Tuhan telah memberikan banyak petunjuknya kepada kita, jadi kita harus menjadikannya pedoman dalam hidup kita, termasuk dalam bernegara.”
Tampaknya keberanian pasangan calon presiden nomor urut 1 itu memikat hati banyak masyarakat di Negara ini. Karena sebelumnya tidak pernah ada calon presiden atau kepala daerah sekalipun yang berani berkata demikian. Alhasil mereka menang telak pada saat pemilihan. Sesuai janjinya, mereka merombak tatanan pemerintahan dan menempatkan orang-orang yang berkompeten dibidangnya, terutama yang dekat dengan Tuhan.
Satu tahun pertama masa pemerintahan, mereka sudah berusaha keras untuk membuktikan janjinya. Sudah bisa di tebak, hasilnya belum maksimal, bahkan banyak kritikan dan suara-suara sumbang yang menyatakan mereka tidak pantas menjadi pemimpin. Itu hal biasa, dan mereka sudah siap akan hal itu. Memasuki tahun kedua, hasilnya sudah mulai terlihat. Tindak kejahatan berkurang drastis. Korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan kejahatan sejenis termasuk didalamnya narkoba dan kawan-kawannya di berantas dengan serius. Selain dipenjarakan, banyak penjahat yang terbukti bersalah dieksekusi mati tanpa ampun. Dan itu benar-benar memberikan efek jera dan pencegahan yang sangat baik.
Angka kemiskinan juga turun drastis, pejabat-pejabat tinggi seolah berlomba untuk menyantuni orang miskin. Mereka tidak segan-segan datang ke tempat kumuh untuk memberikan sendiri bantuannya. Tidak kalah juga yang melalui lembaga-lembaga penyalur bantuan kepada fakir miskin. Anak-anak tidak ada yang putus sekolah karena masalah biaya. Wajib belajar 12 tahun dan semuanya gratis.
Sejak saat itulah, seluruh kalangan pemerintahan menggunakan “buku pusaka” yang sudah berusia ribuan tahun ini sebagai pedoman. Seluruh lapisan masyarakat juga mulai membaca dan mempelajarinya. Mulai dari pakar kesehatan, ekonomi, keuangan sampai pendidikan.
“Jadi, bisa aku pinjam buku Kau itu kan Hasnan?” Bobi melanjutkan perkataanya dengan pertanyaan.
“Tentu saja bisa Bob. Sebentar aku ambil dulu bukunya ya. Kamu minum lah dulu.” Aku ke kamar mengambil buku yang dimaksud Bobi.
“Apa yang mau aku minum Hasnan? Susu kau ini yang aku mau minum?” Bobi bertanya dengan gaya bercandanya yang khas. Aku tertawa di dalam kamar. Aku memang tak membuatkannya minum, karena dia bisa mengambil sendiri minumnya, atau membuat sendiri apa yang mau diminumnya. Kami sudah berteman hampir setahun, dia juga sering datang ke rumah ku, bahkan menginap.
“Ini bukunya Bob. Mudah-mudahan kamu benar-benar dapat hidayah kalau sering-sering membacanya.” Aku menyerahkan sebuah buku kepada Bobi sambil tersenyum.
“Terima kasih ya Hasnan ganteng. Aku langsung pulanglah, stress aku nanti lama-lama disini, tak jadi pulak aku buat Tesis ku.” Bobi memasukkan buku yang di pinjamnya dari ku ke dalam tasnya. Dan beranjak pulang. “Assalamu’alaikum Ustadz.” Ucapnya berpamitan sambil tertawa.
“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.” Jawabku sambil menutup pintu sesaat setelah Bobi pergi.

Bersambung…

Nantikan Part 2 yaa… J

Rabu, 06 April 2016

Sebenarnya Marah Pada Siapa ?

Assalamu’alaikum Wr. Wb…

Pada sebuah kajian di  masjid dekat tempat tinggal saya, sang Ustad menyampaikan bahwa sebenarnya kita hidup di dunia ini semuanya adalah ujian kesabaran. Kemudian saya berpikir benar juga apa yang disampaikan Ustad itu, hanya saja terkadang kita kurang sabar dalam menjalani hidup ini. Kemudian beliau melanjutkan lagi dengan menceritakan sebuah kisah menarik yang membuat saya lebih memahami tentang kesabaran dalam hidup.

Ceritanya begini, suatu hari ada seorang perempuan yang pergi ke pasar membeli buah semangka. Sesampainya di rumah ternyata semangka yang dibelinya tidak merah dan tidak manis seperti apa yang diharapkannya. Tentu saja perempuan tersebut kesal dan marah-marah akan hal itu. Melihat hal itu suami dari perempuan tersebut hanya diam dan tersenyum saja. Malam harinya sebelum tidur kembali sang istri menyampaikan luapan kekecewaanya akan semangka yang dibelinya tadi kepada sang suami. Menanggapi hal itu, sang suami kembali tersenyum dan bertanya kepada istrinya. “sebenarnya adik ini marahnya sama siapa? Apakah sama penjual di pasar, petani di kebun atau yang Menciptakan buah semangkanya itu? Kalau penjual di pasar tentu dia tidak akan mau menjual buah semangka yang tidak merah dan tidak manis seperti yang adik beli tadi. Karena kalau dia menjual buah yang seperti itu tentu besok tidak ada lagi yang mau membeli buah disana. Kalau petani di kebun tentu dia juga tidak mau menanam buah semangka yang seperti itu. Karena kalau dia menanam buah yang seperti itu tentu besok tidak ada lagi yang mau membeli buah di kebunnya. Jadi sebetulnya adik marahnya sama siapa?”

Kira-kira begitulah ceritanya, dengan sedikit perubahan redaksi tapi tidak merubah maknanya. Terkadang memang kita dihadapkan pada banyak ketidak sesuaian dengan apa yang kita harapkan. Kita megharapkan A tapi yang kita dapat B, kita merencanakan C tapi yang terjadi malah D. Spontan saja kita marah-marah dan menyalahkan orang-orang yang kita anggap menjadi penyebab melesetnya ekspetasi yang kita buat. Tidak hanya itu, barang-barang yang tidak berdosa pun sering menjadi pelampiasan kemarahan dan kekecewaan seseorang, kan sayang. Heheh.

Saya juga termasuk orang yang mudah emosional. Ibu saya sering menasehati saya dengan berkata “sabarlah nak, jangan tak sabaran. Tak boleh jadi orang pemarah doh”. Tidak hanya itu, kawan saya yang berinisial Budi Setiawan juga sering menasehati “sabar man, nggak boleh emosi”. Namun saya tetap saja masih sulit menahan emosi. Saya selalu berusaha untuk mengontrol emosi yang kadang terlalu meledak-ledak. Karena saya ingin Allah selalu bersama saya, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Intinya, apapun yang kita lakukan, apapun yang kita dapatkan, yakinlah itu adalah yang terbaik untuk kita. Yang penting kita selalu berusaha melakukan yang terbaik. Ingatlah bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Kita memang diciptakan untuk menunggu, menunggu saat kembali kepada-Nya. Kalau orang-orang bilang menunggu adalah hal yang membosankan, saya rasa kita bisa merubah hal yang membosankan itu menjadi hal yang menyenangkan. Allah telah memberikan petunjuk tentang banyak hal yang dapat kita lakukan ketika sedang menunggu, menunggu apapun itu. Karena bosan itu datang kepada siapa yang tidak melakukan apa-apa. Kita harus sadar bahwa tidak mungkin Allah menciptakan segala sesuatu itu sia-sia. Percaya atau tidak, tapi dimanapun kita berada, dimanapun kita melihat disana selalu ada tanda-tanda kekuasaan allah. tentunya bagi orang-orang yang berfikir.

Intinya lagi, marilah kita berusaha untuk menjadi orang yang lebih sabar dalam menjalani kehidupan ini. Karena segala fasilitas yang diberikan Allah untuk kita itu bukanlah sesuatu yang biasa, tapi sangat sangat luar biasa. Berbagai hal yang kita alami tentu akibat dari hal yang kita lakukan sebelumnya. Atau mungkin semua itu hasil dari pilihan kita sendiri yang tidak meminta petunjuk dari Allah yang mengatur segalanya. Kalau kita sudah berusaha sebaik mungkin, melakukan apa yang sesuai dengan keinginan-Nya, tentu Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita. Tugas kita ya menunggu dengan sabar. Jangan pernah bosan menunggu dan jangan pernah berhenti bersabar. Menunggu dan bersabar bukan berarti tidak berbuat apa-apa yaa.  So, marilah kita berusaha untuk tidak mudah marah dan menyalahkan orang lain. Saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran. Jadi sebenarnya, selama ini kita marah pada siapa??

Wassalamu’alaikum Wr. Wb…