Minggu, 22 Mei 2016

Muhammad Hasnan

Part 1 – Kitab Suci
Dering suara alarm di ponsel membangunkan ku. Sama seperti biasanya, karena aku memang sengaja menyetelnya di ponsel ku tepat pukul 03.30. Aku meraih ponsel yang berada di samping telingaku dan mematikannya. Aku ingin lanjut tidur lagi, pikirku. Tapi tak lama kemudian adzan shubuh berkumandang dari mesjid yang tidak jauh dari tempat tinggal ku, aku bahkan baru saja terpejam rasanya. Aku bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Tak berapa lama kemudian aku meluncur ke mesjid bersama motor kesayangan ku.
Shubuh pertama di tahun 2025. Aku duduk di shaf nomor dua di samping jendela mesjid sebelah kanan. Mendengarkan ceramah shubuh yang memang selalu ada di masjid ini. Aku duduk bersama jamaah lain yang jumlahnya hampir 3 shaf. Kalau dihitung mungkin jumlah kami sekitar seratus orang. Masjid ini memang selalu ramai, sama seperti mesjid-mesjid lainnya disini. Hanya malam tadi karena sebagian jamaah masjid yang ikut mabit tidur di masjid tempat acara mabitnya, jadi jamaahnya berkurang. Sedangkan aku pulang karena memang tidak ingin menginap  di masjid kali ini. biasanya kami sama-sama menginap di masjid kalau ada mabit.
Pagi ini aku tidak ada agenda, jadi aku bisa santai di rumah menikmati acara televisi. Aku duduk di ruang tamu ditemani segelas susu coklat dan kue kering. Aku baru saja memakan sepotong kue ketika ada yang menelpon ku.
“Hallo Bob?”, aku menjawab panggilan telepon.
“Hallo, kau lagi dimana hasnan?” Bobi balas bertanya dengan logat bataknya yang kental.
“Aku di rumah, ada apa.?”
“Aku kesana ya, mau pinjam buku kau yang kemaren untuk referensi Tesis ku.”
“Oke bob, aku tunggu di rumah ya.”
Bobi mengakhiri pembicaraan dan berkata akan langsung menuju ke rumah ku. Sebenarnya dia sudah lama tertarik dengan “buku” itu. Aku tau karena dia sering mendengarkan ketika aku membacanya setiap selesai shalat, kadang sesekali dia juga ikut membacanya. Tapi dia tetap tak mau membeli setiap kali aku menyuruhnya.
          “Hasnan!” Bobi berteriak memanggil nama ku di depan pintu. Padahal aku duduk di ruang tamu yang berada di balik pintu itu.
“Masuk Bob, tidak dikunci” aku menyahut dari dalam.
“Apa yang kau buat di rumah ini hasnan? Macam bapak-bapak kau ku tengok” Tanyanya bergurau ketika sudah masuk dan akan duduk di kursi bersama ku.
“Hahaha. Kamu yang mau buat apa hari libur begini boy?” Balas ku ikut bergurau.
“Hahaha. Ini tahun baru Hasnan, kita harus berubah. Zaman semakin modern, siapa terlambat dia akan ketinggalan kereta. Kau sudah mulai duluan, sekarang giliran ku.”
“Akhirnya Bob, kamu dapat hidayah juga.”
“Bukan itu Hasnan. Ini tentang Tesis.”
“Hahaha. Oh, hidayah untuk mulai mengerjakan Tesis.” Aku tertawa mendengar jawaban Bobi yang tampak tidak terima saat ku bilang dia dapat hidayah. “Memangnya judul kamu apa sampai meminjam “buku” kesayangan ku?” aku melanjutkan.
“Ah kau ini Hasnan. Aku mau membahas tentang hukuman yang sesuai untuk setiap tindak kejahatan yang betul-betul membuat jera pelakunya. Aku ingat pernah membaca tentang hukuman bagi pembunuh yang harus dibayar dengan nyawa juga dalam buku kau itu.” Bobi menjelaskan. Dia memang mahasiswa S2 Fakultas Hukum. Meskipun dulu selalu melanggar hukum, tapi sering berhubungan dengan dunia hukum sepertinya membuat Bobi tertarik untuk mendalami Ilmu hukum. Apalagi beberapa tahun terakhir hukum di Negara ini sudah menampakkan ketegasannya. Aparat seperti tersadar bahwa satu-satunya cara untuk menumpas kejahatan adalah dengan menegakkan hukum yang benar-benar memberikan efek jera bagi pelakunya dan mencegah orang lain untuk melakukan tidak kejahatan serupa. Dan tentu saja, satu-satunya kitab hukum yang membahas sanksi tegas hanya “buku pusaka” seperti milikku itu.
          Buku itu kini memang tengah menjadi trending topik dikalangan pemerintah. Sejak pemilihan presiden dadakan tahun 2017 lalu, buku itu seakan mulai diangkat ke tengah pemerintahan. Presiden yang baru menjabat sekitar 3 tahun terpaksa harus merelakan jabatannya setelah DPR menyatakan mosi tidak percaya terhadap Presiden dan Wakil Presiden. Penyebabnya banyak, kalau tidak salah ada 3 halaman kertas HVS alasan-alasan DPR menyatakan mosi itu. Akhirnya, diputuskan bahwa pemilihan presiden dilakukan tahun 2017.
Waktu itu ada 3 pasangan calon presiden dan wakil presiden. Semua pasangan calon mengumbar janji untuk mensejahterakan rakyat dan memberantas segala bentuk tindak kejahatan. Tapi ada yang berbeda dari ketiga pasangan calon itu, calon nomor urut satu dengan yakin mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengatasi segala permasalahan yang ada di Negara ini adalah dengan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Mereka juga mengatakan “Manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah kepada Tuhan. Jadi kalau ingin segala masalah kita bisa terselesaikan maka kita harus menyerahkan semuanya pada Tuhan dan tidak berhenti beribadah kepada-Nya. Karena masalah sebenarnya itu ada pada diri kita, kita jauh dari Tuhan, maka Tuhan timpakan berbagai masalah sebagai peringatan bagi kita. Namun kita pasrah bukan berarti tidak berbuat apa-apa. Tuhan telah memberikan banyak petunjuknya kepada kita, jadi kita harus menjadikannya pedoman dalam hidup kita, termasuk dalam bernegara.”
Tampaknya keberanian pasangan calon presiden nomor urut 1 itu memikat hati banyak masyarakat di Negara ini. Karena sebelumnya tidak pernah ada calon presiden atau kepala daerah sekalipun yang berani berkata demikian. Alhasil mereka menang telak pada saat pemilihan. Sesuai janjinya, mereka merombak tatanan pemerintahan dan menempatkan orang-orang yang berkompeten dibidangnya, terutama yang dekat dengan Tuhan.
Satu tahun pertama masa pemerintahan, mereka sudah berusaha keras untuk membuktikan janjinya. Sudah bisa di tebak, hasilnya belum maksimal, bahkan banyak kritikan dan suara-suara sumbang yang menyatakan mereka tidak pantas menjadi pemimpin. Itu hal biasa, dan mereka sudah siap akan hal itu. Memasuki tahun kedua, hasilnya sudah mulai terlihat. Tindak kejahatan berkurang drastis. Korupsi, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan kejahatan sejenis termasuk didalamnya narkoba dan kawan-kawannya di berantas dengan serius. Selain dipenjarakan, banyak penjahat yang terbukti bersalah dieksekusi mati tanpa ampun. Dan itu benar-benar memberikan efek jera dan pencegahan yang sangat baik.
Angka kemiskinan juga turun drastis, pejabat-pejabat tinggi seolah berlomba untuk menyantuni orang miskin. Mereka tidak segan-segan datang ke tempat kumuh untuk memberikan sendiri bantuannya. Tidak kalah juga yang melalui lembaga-lembaga penyalur bantuan kepada fakir miskin. Anak-anak tidak ada yang putus sekolah karena masalah biaya. Wajib belajar 12 tahun dan semuanya gratis.
Sejak saat itulah, seluruh kalangan pemerintahan menggunakan “buku pusaka” yang sudah berusia ribuan tahun ini sebagai pedoman. Seluruh lapisan masyarakat juga mulai membaca dan mempelajarinya. Mulai dari pakar kesehatan, ekonomi, keuangan sampai pendidikan.
“Jadi, bisa aku pinjam buku Kau itu kan Hasnan?” Bobi melanjutkan perkataanya dengan pertanyaan.
“Tentu saja bisa Bob. Sebentar aku ambil dulu bukunya ya. Kamu minum lah dulu.” Aku ke kamar mengambil buku yang dimaksud Bobi.
“Apa yang mau aku minum Hasnan? Susu kau ini yang aku mau minum?” Bobi bertanya dengan gaya bercandanya yang khas. Aku tertawa di dalam kamar. Aku memang tak membuatkannya minum, karena dia bisa mengambil sendiri minumnya, atau membuat sendiri apa yang mau diminumnya. Kami sudah berteman hampir setahun, dia juga sering datang ke rumah ku, bahkan menginap.
“Ini bukunya Bob. Mudah-mudahan kamu benar-benar dapat hidayah kalau sering-sering membacanya.” Aku menyerahkan sebuah buku kepada Bobi sambil tersenyum.
“Terima kasih ya Hasnan ganteng. Aku langsung pulanglah, stress aku nanti lama-lama disini, tak jadi pulak aku buat Tesis ku.” Bobi memasukkan buku yang di pinjamnya dari ku ke dalam tasnya. Dan beranjak pulang. “Assalamu’alaikum Ustadz.” Ucapnya berpamitan sambil tertawa.
“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.” Jawabku sambil menutup pintu sesaat setelah Bobi pergi.

Bersambung…

Nantikan Part 2 yaa… J

2 komentar:

  1. leh uga ni :v btw kalo tahun 2025 azan subuhnya cepat kali boy :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha. makasih boy.
      perasaan dia aja cepat tu, padahal sama aja boy. :D

      Hapus