Part
4 – Ada Banyak Kerinduan Disana
Mereka
menangkap ku, aku sempat memberikan perlawanan, menghindari tembak jitu yang
berada di atas sana. Tapi usaha ku tak membuahkan hasil ketika sebuah timah
panas menembus betis kaki kanan ku...
Aku mendengar
samar-samar suara orang yang bercakap-cakap di luar sana. Perlahan aku membuka
mata dan merasakan sakit diseluruh tubuhku. Aku berada di sebuah ruangan,
tetapi bukan gudang yang aku datangi tadi siang. Kaki, tangan dan kepala
ku diperban, tangan kiri ku di infus.
Aku menarik nafas dan berusaha mengembalikan semua kesadaran ku. Tidak ada
orang di ruangan itu. Aku bangkit dari tempat tidur, melepas infus dan membuka
perban di kepala. Berjalan agak pincang ke arah pintu. Ada tiga orang yang
bercakap-cakap di sebelah kanan pintu, dan seorang cleaning service sedang
menyapu di sebelah kiri pintu, lalu beberapa orang berlalu lalang. Aku berbalik
menuju ke arah telepon dan mulai melakukan panggilan untuk memesan makanan. Tak
berapa lama kemudian datang makanan yang aku pesan tadi. Aku menyuruh petugas
yang mengantarnya untuk menghabiskan makanan itu, dengan syarat kami bertukar
pakaian. Dia menyetujuinya setelah aku memberikan sedikit penjelasan. Aku
keluar dari ruangan itu membawa piring tempat makanan dengan pakaian perawat
rumah sakit, menuju dapur dan keluar dari pintu belakang. Aku menuju ke salah
satu mobil ambulance yang terparkir disana, masuk dan mulai mengendarainya.
Aku
berhenti di pinggir jalan, di depan sebuah toko yang berjarak 50 meter dari sebuah
masjid. Aku harus ganti baju, baru kemudian menenangkan diri di masjid itu. Aku
telah berkendara selama 15 menit. Ada sesuatu yang merasuk di kepala ku selama
perjalanan tadi, bahkan sejak aku tersadar tadi. Aku ingin menyendiri dulu di
masjid ini, berfikir dan merenung. Meski sholat ashar berjamaah telah
dilaksanakan satu jam yang lalu, tapi masjid ini tetap ramai, ada yang duduk
melingkar, berdzikir, mengaji dan berdoa. Aku sholat di shaf terdepan dipinggir
sebelah kiri masjid. Aku sholat se-khusyu’ mungkin, berdoa didalam sujud ku
yang panjang. Hingga tanpa terasa air mata ku mengalir dalam sujud ku.
Aku
telah melupakan kejadian di gudang tadi siang, ini bukan soal itu, meskipun
kegagalan hari ini adalah kegagalan pertama ku, ini sesuatu yang beda. Sesuatu
yang belum pernah ku rasakan sebelumnya, yang merasuk begitu dalam di hati ku.
Mengalir dalam darah ku, hingga aku tak mampu menahan air mata, aku terisak
hingga akhir sholat. Hati ku sesak mengingatnya, ingin rasanya aku berteriak
sekencang mungkin, mengadu kepada Yang Mahakuasa, betapa hatiku kini sedang
dilanda kerinduan. Aku merindukan kedua orang tua ku.
Sejak
aku tersadar tadi, aku begitu berharap mereka ada disamping ku, aku ingin
memeluk mereka, bercerita dan menghabiskan banyak waktu bersama mereka. Entah
mengapa perasaan ini begitu tiba-tiba. Berulang-ulang ku sebut mereka di dalam
doa, ku ceritakan pada-Nya betapa aku mencintai mereka, betapa aku merindukan
mereka, betapa aku ingin bersama mereka lebih lama lagi. Mungkin karena selama
ini aku telah lama jauh dari mereka, aku sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan
ini itu, jarang menghubungi mereka, apalagi mengunjunginya. Tapi doa mereka
selalu mengalir untuk ku, untuk keselamatan ku. Bahkan aku merasa kekuatan doa
mereka yang menyelamatkan ku dari kematian hari ini, kekuatan doa mereka yang
membuat ku masih bisa berdiri tegak hari ini. Maka kejadian hari ini adalah
peringatan bagi ku, betapa pun hebatnya aku disini, aku tetaplah seorang anak
laki-laki yang harus berbakti kepada kedua orang tuaku. Betapa pun sibuknya aku
disini, aku harus bisa mengunjungi mereka, sebab kepulangan ku adalah
kebahagiaan bagi mereka, sedangkan kepergian ku adalah kekhawatiran dan
kesedihan bagi mereka. Bagaimana kalau mereka tau apa yang aku alami hari ini,
pasti mereka tidak akan berhenti menangis memikirkan ku. Mereka tidak akan
percaya begitu saja ketika aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Karena cinta mereka begitu dalam padaku, tidak ada
tandingannya. Seumur hidup aku tidak akan mampu membalas kasih sayang mereka.
Maka doa yang selalu terucap dari mulut ku hanyalah untuk mereka, cinta dan
malaikat penolong ku di dunia ini.
Ada
banyak kerinduan disana, di dalam hati yang begitu tulus mencintai, di dalam
rasa yang begitu tulus memahami.
Ada
banyak kerinduan disana, di dalam doa yang ku kirimkan pada Sang Pemilik
langit, di dalam aliran air mata yang disaksikan Sang Pemilik bumi.
Aku
tak menghiraukan lagi keadaan sekeliling ku, setelah merasa puas berdoa, aku
mengambil kitab suci yang ada di depan ku, membuka lalu membacanya kalimat demi
kalimat, halaman demi halaman. Aku berharap ini dapat sedikit mengobati
kerinduan ku. Karena bagai mana pun, aku tidak ingin kecintaan ku pada kedua
orang tua ku mengalahkan kecintaan ku pada Sang Pencipta. Maka satu-satunya
cara untuk mengobati kerinduan ini adalah aku harus melakukan hal-hal yang
membuat ku semakin dekat dengan-Nya.
Aku
menyendiri di masjid ini hingga bakda isya, sampai aku merasa lebih tenang dan
lebih siap untuk kembali ke dunia. Sekitar pukul 20.00 aku keluar dari masjid,
duduk di kursi yang ada di teras masjid sambil mengenakan sepatu. Kemudian aku
berjalan keluar menuju gerbang masjid, namun seketika langkah ku terhenti ketika
seseorang memanggil nama ku. Akupun menoleh ke kiri mencari sumber suara yang
memanggil ku.
Bersambuungg....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar