Sabtu, 05 Maret 2016

Untukmu Kawanku!


Assalamu’alaikum wr. wb…
Untukmu kawanku, kita telah berteman sejak lama dan melewati banyak hal. Bukan lagi seperti teman atau sahabat, kita lebih dari itu –seperti keluarga-. Aku mengerti, banyak perbedaan diantara kita. Tapi itu tak membuat kita saling menjauh. Kita telah bisa menerima kekurangan kita masing-masing. Apa yang menjadi tujuanku, adalah tujuan kalian juga, begitupun sebaliknya. Apa yang menjadi kebutuhan kalian, maka menjadi kebutuhan ku juga. Kita saling melindungi dan saling menjaga. Meskipun kita tidak semuanya perempuan, tapi kita telah berteman dengan sangat baik. Hingga semua yang terjadi dalam pertemanan kita adalah hal biasa yang harus dimaklumi, -demi persahabatan.
Awalnya perjalanan persahabatan kita terasa begitu indah, dan aku sangat senang bisa bersahabat dengan kalian. Tapi kemudian aku mulai berpikir bahwa kita diciptakan bukan hanya sekedar bersahabat untuk mencari kebahagiaan dunia. Tapi kita juga harus bersahabat untuk keselamatan kita di akhirat nanti. Memang, apa yang telah kita lakukan selama kita berteman terlihat tidak ada yang salah, kita bercanda ria, makan bersama, jalan-jalan bersama, nonton bersama, dan masih banyak lagi hal lain yang kita lakukan bersama. Dan semuanya tidak ada yang salah. Sadarkah kita wahai kawanku, ternyata banyak waktu kita habiskan untuk keperluan dunia, tapi sangat sedikit kita menghabiskan waktu untuk akhirat. Kita tak pernah mengaji bersama, kita tak pernah belajar agama bersama, kita bahkan sering sholat terlambat karna terlalu asik bercanda dan bergurau.
Untukmu wahai kawanku, kita harus  sadar bahwa apa-apa yang bersama kita adalah cerminan siapa diri kita. Itu berarti salah satu dari kita adalah cerminan siapa kita seluruhnya.
Aku ingin orang lain menilai persahabatan kita lebih dari persahabatan yang orang banyak ketahui. Karna aku menyadari arti persahabatan yang sesungguhnya bukanlah kita selalu bersama dalam setiap keadaan, tapi kita selalu mengingatkan dalam kebenaran. Kebenaran yang sesungguhnya, yang berasal dari Allah Swt. dan Rasulnya.
Untukmu kawanku, aku yakin kita sama-sama tahu bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt., dan kita dipertemukan untuk menambah kecintaan dan keimanan kita kepada Sang Pencipta. Tetapi apabila persahabatan kita tidak menambah keimanan dan kecintaan kita kepada-Nya, berarti ada yang salah diantara kita. Maka dari itu, kita harus mengkoreksi dimana kesalahan kita.
Untukmu kawanku, setelah aku pikir, kita semua sudah dewasa, dan diantara kita ada yang tidak halal jika bersentuhan.  Namun diantara kita sangat biasa jika laki-laki menyentuh perempuan, dan bahkan perempuan pun tidak lagi sungkan jika menyentuh laki-laki.  Bukan berarti laki-laki dan perempuan tidak boleh berteman, tapi ada batasan yang tidak harus kita lewati. Sadarkah wahai kawanku, itu bisa menimbulkan “rasa” yang berbeda diantara kita, dan kalau kita lemah sedikit saja itu bisa berbahaya. Terlebih lagi  itu dosa.
Candaan dan gurauan kita, yang selama ini kita anggap biasa, kita sering menjelekkan satu sama lain untuk bahan tertawaan. Tidakkah kita rasakan betapa sakitnya dicemooh dan ditertawakan. Kita saling menceritakan kejelekan dan kesalahan masing-masing, padahal seharusnya sahabat yang baik itu tidak menceritakan keburukan dan aib sahabatnya sendiri. Kita sering menceritakan rahasia yang dipercayakan oleh orang lain kepada kita. Bahkan kita menceritakan keburukan dan aib orang lain. Kita menganggap semua itu adalah bagian dari suka duka persahabatan kita, padahal itu semua adalah duka tanpa suka. Terlebih lagi itu dosa.
Teman kita yang perempuan sudah biasa tampil tidak berjilbab dihadapan teman kita yang laki-laki, kan sudah seperti saudara –begitu katanya. Padahal berhijab itu wajib bagi perempuan. Kita juga sudah biasa saling boncengan antara perempuan dan laki-laki. Sekali lagi, kan sudah seperti saudara.
Ketahuilah kawanku, setan itu ada dimana-mana. Ia selalu merayu dan memperdaya kita 1 x 24 jam nonstop. Ia selalu menghasut dan merayu kita dengan menimbulkan pikiran –kan kita sahabat, sudah seperti saudara, jadi ya nggak apa-apa-. Padahal sesungguhnya kebenaran dengan kesesatan itu sangat jauh berbeda. Yang dibutuhkan hanya kemauan untuk berpikir dan mempelajarinya.
Ketahuilah wahai kawanku, aku mengatakan ini karena tidak ingin kita menganggap kesalahan –yang kita anggap tidak ada- menjadi hal yang biasa diantara kita. Aku senang bersahabat dengan kalian, tapi aku lebih senang jika kita bisa sama-sama menaati perintah-Nya. Aku takut kehilangan sahabat seperti kalian, tapi aku lebih takut kepada Tuhanku. Aku berharap jika suatu saat nanti kita sudah tidak ada lagi di dunia ini dan kalian semua berada di surga namun tidak mendapati keberadaanku disana, sudilah kiranya kalian menjemputku di neraka dan membawaku ke surga bersama kalian. Untukmu kawanku, Aku mencintaimu Karena Allah swt…
Sesungguhnya aku menulis ini bukan bermaksud untuk sok pintar, sok hebat atau sok alim. Aku menulis untuk menasehati diriku sendiri. Apabila nanti setelah kalian membaca tulisan ini dan mendapati aku melakukan kesalahan, maka tegurlah aku dengan berkata “kau telah menulis banyak nasehat namun kau melanggarnya sendiri”. Mudah-mudahan aku bisa tersadar, mengakui kesalahanku dan kembali ke jalan yang benar. Sukron. Wassalam…

_D. S. P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar