Selasa, 14 Februari 2017

Rapunzel Berjilbab Panjang


Tttiiiittttt tttiiitttt….
Suara klakson kendaraan bersahutan di perempatan lampu merah yang jelas-jelas lampunya masih merah. Aku menarik gas sepeda motor dan melaju perlahan ketika terrafic light benar-benar berwarna hijau. Aku tersenyum, antara lucu dan kesal. “Ada ya manusia kayak begitu”, pikirku. Manusia kadang memang egois, hanya memikirkan kepentingan sendiri, sehingga menghalalkan segala cara dan tak menghiraukan sekitar. Itu baru di lampu merah, lho.
          Perjalanan ku sore itu begitu dramatis. Sebelumnya ketika aku di kampus, ada seseorang teman yang tiba-tiba minta tolong diantar pulang ke kosnya. Dia beralasan lupa mematikan mesin air waktu mengisi bak mandi tadi. Namun setelah kami keluar meninggalkan kampus, dia malah mengajak ku singgah di sebuah warung makan padang khas mahasiswa dan menceritakan hal sebenarnya yang terjadi. Ternyata dia lari dari pacarnya yang ngotot tidak mau putus, tapi juga tidak mau diajak menikah. Dia telah berusaha menjelaskan semuanya, “Ini demi kebaikan kita” katanya. Tapi pacarnya ngotot dan bilang “Kamu pasti punya cewek lain kan”.  Pokoknya dia cerita panjang, saya cuma senyum-senyum aja sambil menonton televisi yang ada di warung itu.
          “Ini zaman aneh” ucapnya saat tau bahwa acara televisinya sedang jeda iklan. “Biasanya cewek yang ngajak nikah, ini malah cewek nggak mau diajak nikah, diputusin juga nggak mau” sambungnya.
          “Hahah” kali ini aku tertawa mendengar ucapannya. “berarti dia cuma mau kamu jadi temennya aja itu Bro, baguslah diputusin” jawabku seadanya, tapi kayaknya bener juga.
          “Ntahlah. Kalau jodoh nggak kan kemana, Boy”, ucapnya berusaha menenangkan diri. Aku diam dan kembali menyimak acara televisi yang sudah mulai.
          “Nah iya Bro. Itu kayak film kartun di TV” aku baru menjawab ketika acara televisi itu selesai.
          “Apa?” Tanyanya singkat, dia memang tidak begitu menyimak film tadi. Mungkin karena kami hanya kebagian endingnya.
          Meskipun begitu, dua segmen ending film kartun yang aku tonton tadi telah dapat memberiku sebuah pernyataan “Kan kamu bilang kalau jodoh nggak kemana. Itu Rapunzel akhirnya bertemu pangeran digurun pasir, pun mata pangeran yang buta bisa melihat lagi cuma karna menangis terharu. Hahah”.
          “Iya, tapi nggak kayak di film juga. Kamu kebanyakan nonton kartun, sih. Sanalah nikah sama Rapunzel.” Nampaknya dia agak kesal.
          “Hahah. Iya, aku nikah sama Rapunzel besok, Rapunzel berjilbab panjang.” Ucapku asal. Lalu kami pun berlalu dari warung makan itu.
          Setelah mengantar teman ku ke kosnya, aku pun kembali ke kampus. Disana aku kembali bertemu seseorang, kali ini adik. Dia menyapa ku, aku balik menyapa dan bertanya “Ngapain disini?”
          “Nunggu kakak, bg.” Jawabnya singkat.
          “Lama lagi kakaknya datang?” aku bertanya lagi.
          “Itu  udah datang bg, kami pergi dulu ya.” Dia pun pergi menghampiri kakaknya -yang juga merupakan teman ku-, dan mereka berlalu.
          Mereka berdua itu berbeda. Tidak seperti pacar temanku tadi, yang cengeng. Mereka ini kuat. Lihatlah dari pakaiannya, mereka tetap berjilbab panjang disaat yang lain tak perduli. Lihatlah kesungguhannya, mereka tetap sabar disaat yang lain menyerah dari hijrah. Ini baru cewek! Coba aja semua cewek kayak gini, kan adem dunia. Itulah tadi kenapa saat teman saya menyuruh saya menikah dengan Rapunzel lantas saya jawab dengan Rapunzel berjilbab panjang. Bukan Rapunzelnya yang penting, tapii jilbab panjangnya itu.
Rapunzel tanpa jilbab mungkin bisa membuat pangeran yang buta matanya jadi bisa melihat, tapi Rapunzel berjilbab panjang akan membuat laki-laki biasa menjadi seorang raja dan bersamanya sampai ke syurga…
The End.

_D. S. P